Inilah buku tervulgar yang pernah saya baca. Dengan nama
besar Eka Kurniawan dan rekomendasi banyak penulis maka saya beranikan untuk
membaca buku ini sampai selesai. Bersiaplah berhadapan dengan kata-kata yang
biasanya masih dianggap tabu dituliskan Eka Kurniawan dengan begitu gamblang
dan santai seolah itu kata biasa.
“Si Tokek juga tahu
kemaluan Ajo Kawir tak bisa bangun. Itulah kenapa si Tokek tidak pernah
mengajaknya untuk menggoda gadis-gadis yang lewat di depan kantor pos. Begitu
juga Si Tokek tak pernah mengajaknya menonton video porno atau meminjaminya
novel stensilan, percaya bukan hanya hal tersebut tak akan menyembuhkan bocah
itu, tapi malahan hanya akan membuat Ajo Kawir berang. Lelaki yang tak bisa
ngaceng sebaiknya jangan dibuat berang, begitu Iwan Angsa akan mengingatkan
lama setelah itu”.
Dari masalah awal perihal kemaluan Ajo Kawir yang tak bisa
bangun, terbangunlah konflik utama ketika akhirnya Ajo Kawir menemukan
perempuan yang dicintainya namun mendadak ingin menyerah karena merasa tidak
akan bisa memenuhi kebutuhannya.
Sekalipun vulgar kisah burung Ajo Kawir adalah sebuah
alegori yang menyiratkan banyak hal. Ada kesetiaan sejati pada kisah cinta
Ajo Kawir dan Iteung. Ada pengorbanan yang tulus pada persahabatan Si tokek dan
Ajo Kawir. Perjuangan perihal harga diri dan cinta si Mono Ompong. Proses
kematangan tiap-tiap tokoh dengan sangat cermat dituturkan. Eka Kurniawan
menyelipkan banyak pesan pada tiap tokoh dan perjalanan hidupnya.
“Mengetahui lebih
banyak hanya akan menambah masalah lebih banyak”. Kata Si Tokek sekali waktu.(hal 239)
Plotnya dibangun dengan apik. Penulis seringkali melompat ke
masa-masa lain seperti memberi potongan-potongan gambar untuk menjadikannya
satu gambar utuh.
Meskipun saya merekomendasikan buku ini, pastikan usia kalian diatas 21 tahun sebelum membacanya :p
0 comments:
Post a Comment
What do you think?